Thursday, March 19, 2009

ZAMAN KEDEWASAAN ISA AL-MASIH - SEMASA UMUR BAGINDA ANTARA 12 - 30 TAHUN

"Masih banyak hal-hal lagi yang diperbuat oleh Isa, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu persatu, maka agak dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu."
Yohanes Fasal 21 ayat 25
Keempat-empat periwayat Injil hanya menceritakan kehidupan Yesus ketika Ia dilahirkan (Mat. 1:18-25; Luk. 2:1-7), disunat pada usia 8 hari dan diserahkan di Bait Allah (Luk. 2:21-40). Ia kembali muncul di Bait Allah yang sama pada umur 12 tahun (Luk. 2:41-52). Yesus tampil di depan umum setelah dibaptis oleh Yohanes. "Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, baginda berumur kira-kira 30 tahun" (Luk.2:23).
Jadi, ada "waktu senyap" ("the silent period") selama 18 tahun, yaitu antara baginda usia 12 sampai usia 30 tahun. "Kesenyapan" ini (minimal kalau kita mengikuti corak fikiran itu), telah menyebabkan banyak penulis mencoba mengisinya menurut tuntutan kepentingan dan andaian-andaian mereka sendiri.
Dari abad ke abad, khususnya setelah zaman Rasuli yang dimulai pada akhir abad ke-2 Masehi, berbagai spekulasi mulai berkembang. "Kisah-kisah lancung" inilah yang akhir menjadi tulisan-tulisan apokrifa dan pseudographa. 1)
Sastera ini banyak dijadikan rujukan oleh ahl al-bid’ah (heresy). Contoh-contoh tulisan apokrif ini, misalnya Injil al-Tufuliyah (Arabic Gospel of Infancy) yang berasal dari abad ke 7 Masehi. Dalam buku ini dikisahkan bahwa Isa dapat berbicara pada waktu bayi ketika Dia sedang digendong Maryam, ibu baginda. "Ana huwa Yasu’a Ibn Allah" (Akulah Yesus, Putra Allah), kata bayi Yesus kepada ibu-, "alladzi walidati kamma basyiruki Jibril al-Malak wa atta arsalni lil khalash al-‘alam" (yang dilahirkan sebagai berita gembira dari Malaikat Jibril kepadamu dan aku diutus untuk keselamatan dunia). 2)
Selanjut, berita Injil Matius 2:13-15 yang berkisah tentang pelarian Isa dan keluarga Baginda ke Mesir, dalam Injil Palsu Matius/Pseudo Gospel of Matthew yang berasal dari abad ke-5 Masehi, dikembangkan menjadi kisah-kisah ajaib yang berlebihan. Seperti pohon korma yang kononnya membungkuk menuruti perintah kanak-kanak Yesus untuk mengeluarkan buahnya dan air segar yang memancar dari bawah pohon itu.
Demikian pula, kisah-kisah ajaib mengenai remaja Yesus yang membuat burung dari tanah liat, dimuat dalam The Gospel of Thomas (Injil Thomas) berbahasa Yunani. Injil tersebut berasal dari abad ke-3 Masehi. 3) Kisah-kisah ini sangat populer di kalangan sekte-sekte bidat Kristen di tanah Arab menjelang dan pada saat kelahiran Islam.

THE DEAD SEA SCROLLS: MENCARI JEJAK YESUS/ISA AL-MASIH DI GUA-GUA WADI QUMRAN
Sejak tahun 1947, setelah penemuan manuskrip-manuskrip Laut Mati, para ahli sibuk mengaitkannya dengan sejarah kekristenan awal. Menurut kesepakatan para ahli yang terkenal, gua-gua Laut Mati menyimpan bukti sejarah orang-orang Eseni (Essene). Kaum Eseni adalah sekelompok orang Yahudi yang tidak puas dengan pemilihan imam besar di Bait Allah Yerusalem. Lalu, mereka mendirikan komuniti tersendiri di Laut Mati di bawah pimpinan seseorang yang bergelar Guru Kebenaran (Moreh Hassedeq) atau Guru Komunitas (Moreh hayyahad).
Menurut tokoh, James H. Charlesworth, komuniti Qumran dimulai kira-kira tahun 150 S.M. dan berakhir ketika tentera Roma menghancurkan tempat ini pada tahun 68 M. 4) Dari sebelas gua yang dihuni orang-orang Qumran, mereka meninggalkan naskah-naskah kuno termasuk teks-teks Alkitab Perjanjian Lama. Naskah tersebut sebagian besar tertulis dalam bahasa Ibrani/Arami dan sebahagian kecil sisa berbahasa Yunani (khusus gua tujuh). Manuskrip terkuno dapat ditentukan berasal dari tahun 250 S.M., 100 tahun sebelum manuskrip itu dibawa oleh penghuni Qumran dalam tempat pengungsiannya.
Pada awal penemuan naskah-naskah ini, dunia ilmu pengetahuan seperti tersentak. Lebih-lebih, ketika para ahli sedang mencari-cari 18 tahun kehidupan Yesus yang tidak dikisahkan dalam Kitab Injil (Perjanjian Baru). Hal ini tampak dari judul buku Dr. Charles Francis Potter, The Lost Years of Jesus Revealed. 5)
Sehingga banyak orang berharap cemas terhadap penemuan terbesar abad ke-20 tersebut. Secara khusus dalam usahanya mencari "benang merah" dengan sejarah kekristenan mula-mula. "Dalam banyak segi", tulis Duport Summer, "Tuan (Master) Galilea itu tampak sebagai seolah-olah seorang 'reinkarnasi Guru Kebenaran' dari Qumran yang sangat mencengangkan." 6)
Sedangkan Potter, sambil mengutarakan teorinya bahwa kononnya kaum Eseni Qumran adalah "ibu dari kekristenan", secara lebih bombastik lagi menulis:
"Dan sekarang setelah terbukti bahwa sejarah kekristianan dapat ditemukan dalam masyarakat yang disebut Perjanjian Baru (B’rit ha-Hadasah) yang biasa disebut Eseni. Masalah penting yang menantang seluruh dunia Kristen ialah, apakah seorang anak akan mempuinyai keperwiraan, keberanian, dan kejujuran untuk mengakui dan menghormati ibunya sendiri." 7)
Robert Einseman, salah seorang dari sarjana peneliti Qumran yang sangat liberal, menunjukkan bahwa banyak petunjuk yang jelas menghubungkan Qumran dengan kekristenan awal. Einseman berasaskannya dari fakta bahwa kekristenan Yahudi awal di Yerusalem desebut Notzrim (im bentuk jamak), yang menunju komunitas "pengikut Isa, orang Nazaret" (Kis. 24:5; Mat. 2:23). Robert Einseman menghubungkan nama Kekristenan awal ini dengan istilah kelompok Qumran yang juga disebut "Notzeri ha-Berit" (yang memelihara Perjanjian).
Selanjut, Einseman juga mengemukakan fakta tentang ada komunitas Kristen Yahudi pada abad ke-2 Masehi di Jabal Fahin (Yunani: Pella), seberang Yordan, yang disebut "Ebionit". Karena istilah ini berasal dari bahasa Ibrani Ebiyon, "orang-orang miskin", maka cocok dengan identitas jemaah Yerusalem sendiri (Gal.2:10).
Data-data ini oleh Einseman ditafsirkan sedemikian rupa, sehingga terbangunlah teori yang menganggap bahwa Guru Kebenaran (Moreh hassadeq) yang disebut dalam naskah-naskah Qumran adalah Yakobus, saudara Yesus yang juga digelar Ha-Tsadiq (Yang Benar) dalam gereja kuno. Sedangkan 2 watak lain yang jahat, yang oleh Einseman ditafsirkan Kayafas dan pendusta adalah Rasul Paulus. Dengan menyebut Paulus kononnya sebagai pendusta, maka Einseman mempertentangkan kekristenan yang paulinis dengan kekristenan Yahudi di Yerusalem. 8)
Walaupun ada kemiripan antara komuniti Qumran dengan keKristenan, semua teori di atas terus berubah. Jika pada awal penemuan naskah ini sosok Guru tergolong cukup bermisteri, kini menjadi tidak lagi setelah data-data semakin lengkap dikaji-teliti. Memang, istilah-istilah Eseni, Oseni, Natsorea, Ebiyonim, Notsrim, Hasidim, Zaddikim tampak sebagai variasi-variasi atas tema yang satu dan sama. Istilah Eseni, misalnya, berasal dari kata "osei hattorah" (mereka yang melakukan Torah).
Jadi meskipun nama-nama itu berkaitan, tetapi semua menunjuk pada latar belakang spiritual/kerohanian bersama. Ertinya, sangat gegabah dan membabi-buta untuk waktu sekarang mencari asal-usul istilah Perjanjian Baru dari Qumran. Sebab istilah itu berakar dari pengharapan Yudaisme pada umum (banding Yeremia bab 31).
Juga, Mengasalkan tema Injil Yohanes tentang "terang dan gelap" dari salah satu naskah Qumran (1QM) berjudul Milkamah (Perang). Naskah ini memuat "peperangan anak-anak terang dan anak-anak kegelapan." Sebab tema gelap dan terang adalah tema umum Yudaisme, dan lagi dalam pandangan Qumran peperangan itu bersifat abadi. Sedangkan sebaliknya dalam Injil Yohanes:
"Terang itu bercahaya dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasai-Nya" (Yoh. 1:5).
Jadi, terlalu pagi untuk menyimpulkan bahwa kekristenan berasal dari kaum Eseni di Qumran. Apalagi untuk menyimpulkan bahwa Guru Kebenaran itu Isa/Yesus sendiri.
Kesimpulan semacam itu telah dibuat oleh 2 orang penulis polemik Muslim yang tidak berasal dari kalangan ahli atau pakar. Mereka adalah O. Hasyem dalam buku Tantangan Dari Qumran, 9) dan Saleh A. Nahdi dalam buku, Nafiri Maut dari Lembah Qumran. 10) Berdasarkan penelitian penulis lain yang belum final, antara lain Charles Francis Potter dan Duport Summer yang telah disebutkan di atas, kedua penulis Muslim ini terburu nafsu menyimpulkan bahwa ajaran Kristen adalah hasil pemalsuan dari ajaran Yesus asli. Logik mereka begini, Yesus adalah Guru Kebenaran sendiri. Padahal setelah diteliti, dalam naskah-naskah Qumran tidak ada ajaran mengenai penyaliban Yesus, Tritunggal, dan pokok-pokok ajaran Kristian lainnya.
Dengan berlagak sebagai ahli dan 'pakar', kedua penulis itu juga menguraikan perbedaan-perbedaan ajaran Kristen dengan Guru Kebenaran untuk menyatakan "kepalsuan ajaran Kristen". Padahal, Yesus jelas-jelas bukan Guru Kebenaran yang dimaksud dalam naskah-naskah Qumran itu. Masa hidup Guru Kebenaran memang terjadi sebelum zaman Kristus. Jean Danielou dalam The Dead Sea Scrolls and Primitive Christianity menulis bahwa Guru Kebenaran dari sekte Eseni di Qumran telah wafat kira-kira tahun 50 S.M.11)
Lebih-lebih penemuan terakhir dari The Dead Sea Scrolls. Menurut hasil penelitian O'Chalagan, terta salah satu naskah berbahasa Yunani yang ditemukan di gua tujuh adalah serpihan fragmen Injil Markus 6:52-53 dan 1 Timotius 3:16.12). Bukti baru ini menunjukkan bahawa teori yang selama ini menentukan penulisan Injil Markus setelah tahun 60 akan gugur. Sebab menurut kesaksian sejarawan Yahudi, Flavius Josephus dalam Antiquities of The Jews,13) komuniti Qumran berakhir akibat serangan militer Roma pada tahun 68 Masehi.
Jadi, Injil ini sudah ada di Qumran kemungkinan karena dibawa oleh orang-orang Kristian yang menginjil setelah cetusnya perang Yahudi tahun 66 M. Oleh kerana itu, Injil harus ditulis pada masa yang lebih awal lagi. Bahkan sudah ditemukannya fragmen Surat Paulus di Qumran, jelas telah menggugurkan teori 'pertentangan Yakobus dan Paulus' sebagaimana dikemukakan di atas.
DI MANAKAH ISA AL-MASIH BERADA KETIKA BERUSIA 12 SAMPAI 30 TAHUN?
Dari deskripsi tersebut di atas, jelas bahwa semua teori yang mencari-cari "the silent period" Yesus itu akan tinggal sebagai spekulasi cerdik belaka. Bahkan teori-teori seperti itu sebenarnya tidak akan muncul apabila kita memahami latar belakang kehidupan Yesus, "yang lahir dari seorang perempuan yang takluk kepada hukum Taurat" (Gal. 4:4).
Mengapa Yesus ditampilkan hanya kelahiran-, usia 12 tahun dan baru ditulis lagi setelah berusia 30 tahun? Dari perspektif Yahudi, hal itu bukan hal yang aneh. Sebab menurut budaya Yahudi seorang lakI-laki baru boleh mengajar di depan muka umum hanya pada usia 30 tahun.
Menurut hukum Yahudi, usia seorang anak digolongkan dalam 8 tahapan:
1. Yeled, "usia bayi";
2. Yonek, "usia menyusu";
3. Olel, "lebih tua lagi dari menyusu";
4. Gemul, "usia disapih";
5. Taph, "usia mulai berjalan";
6. Ulem, "anak-anak";
7. Na'ar, "mulai tumbuh remaja"; dan
8. Bahar, "usia remaja".
14)
Dari catatan tentang kehidupan Yesus dalam Injil, kita hanya membaca 3 klasifikasi usia saja yang ditulis, yaitu bayi (yeled), usia disapih (gemul), yaitu ketika Ia diserahkan di Bait Allah di hadapan Simeon dan Anna, dan remaja (bahar, 12 tahun) ketika Yesus diajak Mar Yusuf dan Sayidatina Maryam - kedua orangtuaNya - ke Yerusalem.
Mengapa Yesus muncul pada usia 12 tahun? Karena usia 12 bagi tradisi Yahudi zaman Yesus begitu penting. Seorang anak laki-laki Yahudi harus melakukan upacara yang disebut Bar Mitzvah (anak Hukum). Menurut legenda Yahudi, pasa usia 12 tahun Nabi Musa meninggalkan rumah putri Fir'aun. Pada usia yang sama juga, Nabi Samuel menerima suara yang berisi Ilahi dan Salomo (Nabi Sulaiman) mulai menerima hikmat Allah dan Raja Yosia menerima visi reformasi agung di Yerusalem.15)
Dalam rangkaian ritus Yahudi itu, Yesus harus melakukan 'aliyah (naik) dan Bemah (menghadap mimbar untuk menerima kuk hukum Taurat). Upacara ini dilakukan pada hari Sabat, karena itu disebut juga thepilin Shabat.
Sejak abad Pertengahan, usia Bar Mitzvah dilakukan pada usia 13 tahun.16) Menurut literatur / sastera Yahudi abad pertengahan, Sepher Gilgulim, semua anak Yahudi sejak usia 12 tahun, mulai menerima ruach (roh hikmat) dan pada usia 20 tahun ditambahkan bagi nishama (reasonable soul, "jiwa akali").
Mulai usia 20 tahun seseorang harus memasuki sekolah khusus Yahudi (Beyt Midrash). Sedangkan tahapan-tahapan pendidikan Yahudi sebagai berikut: Mikra (membaca Taurat) mulai usia 5 tahun, Mishna mulai usia 10 tahun, Talmud pada usia 13 tahun (zamanYesus 12 tahun); Midrash pada usia 20 tahun, dan sejak usia 30 tahun baru boleh mengajar di depan muka umum dan khalayak ramai.17)
KESIMPULAN
Dari tahapan-tahapan pendidikan Yahudi pada zaman Isa a.s. serta latar belakang agama dan budaya, jelas bahwa andaian-andaian dan spekulasi-spekulasi mengenai 18 tahun kehidupan Isa yang kononnya "hilang", sama sekali tidak mempunyai landasan sejarah. Jadi, ke mana Yesus selama usia 12 sampai dengan 30? Jawaban, berdasarkan data-data Injil sendiri (Mat. 13:55; Mrk. 6:3), Yesus menjalani kehidupan seperti layaknya anak-anak Yahudi dan ia bersama keluargaNya bekerja di Nazaret sebagai tukang kayu.
Mengapa kisah kehidupan baru dicatat setelah usia 30 tahun? Karena memang demikian lazim kehidupan orang Yahudi, sedangkan usia 12 tahun juga disinggung kerana sebagai usia Bar Mitzvah. Adanya spekulasi-spekulasi Yesus telah sampai di India untuk belajar yoga bersama guru-guru dari Timur Jauh sebenarnya adalah hanya cerita dongeng dan fiksi yang hanya menarik didengar, daripada dapat dibuktikan secara historis ataupun sebagai fakta bersejarah.

Referensi & Rujukan :
1. Kumpulan buku Apokrifa ini dapat dibaca pada H.R. James, The Apocryphal New Testament (Oxford: The Clarendon Press, 1955).
2. Lihat Dr. Clair Tisdall, Tanwir al-Faham (Villach, Austria: Light of Life, t.t.), hlm. 104.
3. "Injil" Thomas ini harus dibedakan dengan "Injil" Thomas Gnostik yang ditemukan di Nag Hamadi Mesir than 1948, yang tidak dalam bentuk narasi tetapi dalam bentuk "logia Yesu" (aqwal al-llahiyah, "kata-kata Yesus"). Marvin W,.Meyer (ed.), The Secret teachings of Jesus: Four Gnostic Gospels (New York: Vintage Books, 1986). Bentuk ini mengingatkan kita pada kesaksian Papias, murid langsung dari salah seorang rasul, bahwa Rasul Matius menuliskan kata-kata Tuhan (wa hakadza kataba Matta al-aqwal al-ilahiyat) dalam bahasa Ibrani atau Aram. Yusabius al-Qaisariy, Tarikh al-Kanisah. Tarjamah: al-Qamash Marqus Dawud (Kairo: Maktabah al-Mu-habah, 1979), Hlm. 185.
4. James H. Charlesworth (ed.), Jesus and the Dead Sea Scrolls. The Controversy Resolved (New York: Doubleday, 1992).
5. Charles Francis Potter, The Lost years of Jesus Revealed (New York: Mentor Book, 1959).
6. Duport Summer, Dead Sea Scrolls. A Prelimary Survey (New York, 1953), hlm. 100
7. Potter, Op. Cit. hlm. 10.
8. Robert Einseman, James The Brother of Jesus. The Key to Unlocking the Secrets of early Christianity and The Dead Sea Scrolls (New York: Penguin Books, 1997).
9. M. Hasyem, Tantangan dari Gua Qumran (Jakarta: YAPI, 1965).
10. Saleh A. Nahdi, Nafiri Maut dari Lembah Qumran (Jakarta: Arista, 1992).
11. Jean Danielou, The Dead Sea Scrolls and Primitive Christianity (New York: Mentor Omega Book, 1962), hlm. 72
12. Carsten Peter Thiede dan Matthew D'ancona, The Jesus Papyrus (London: A Phoenix, 1997), hlm. 163-164
13. William Whiston (ed.) The Works of Flavius Josephus (Philadelphia: J.B. Lippincott & Co, 1872).
14. Dean Farrar, The Life of Christ (Melbourne: Cassel and Company Limited, 1906), hlm. 39-40.
15. Ibid.
16. David H. Stern, Jewish New Testament Commentary (Maryland, USA: Jewish New Testament Publications, Inc. 1995), hlm.111
17. Ibid, hlm. 40. Lihat juga: Hayyim Halevy Donin, To Be A Jew. A Guide to Jewish Observance in Contemporary Life (Tel Aviv: Basic Book, 1991).

SOAL JAWAB

1. Kelahiran Hazrat Isa, mana yang benar?
A. Sesudah Hazrat Isa dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodes, datanglah orang Majus dari Timur ke Yerusalem (Matius 2:1)
B. Menurut Injil Lukas 2:1-20 disebutkan bahawa Hazrat Isa lahir ketika Kaisar Augustus mengadakan banci penduduk. Menurut perhitungan sejarah, banci itu dilaksanakan pada tahun 7 Masihi, bererti Hazrat Isa lahir pada tahun itu juga. Tetapi menurut Matius, Hazrat Isa lahir di zaman Herodes yang mangkat tahun 4 SM. Kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Herodes Archelaus yang dipecat oleh pemerintah Romawi tahun 6 Masihi.
(Dipetik daripada Halley's Bible Handbook, halaman 490):
Pendaftaran Kirenius
Pendaftaran ini merupakan banci yang dilakukan oleh Kerajaan Romawi. Menurut catatan sejarah Romawi, Pendaftaran Kirenius dilakukan pada tahun 7 Masihi. atau sekitar 10 hingga 12 tahun selepas tahun kelahiran Hazrat Isa.
Pada masa dulu, kejanggalan catatan sejarah ini menjadi masalah bagi pelajar Alkitab. Meskipun demikian tidak lama dulu, ditemukan tulisan kuno yang menyatakan bahawa Kirenius menduduki jabatan DUA KALI sebagai pemerintah negeri Siria. Sedangkan di Injil Lukas, ditegaskan bahwa pendaftaran yang dimaksud adalah pendaftaran "pertama kali".
Atau singkatnya, sudah diketahui bahwa Kirenius ini menjadi pemerintah negeri dua kali, dan Injil Lukas menyebut pendaftaran pertama kali, iaitu pendaftaran yang dimaksud adalah pendaftaran selama masa jabatan PERTAMA. Dengan demikian, mungkin sekali terjadi pendaftaran pada tahun 4 S.M. yang umumnya dikenal sebagai tahun kelahiran Hazrat Isa, iaitu tidak ada konflik dengan kisah orang Majus dan Raja Herodes dalam Injil Matius.
________________________________________
2. Salasilah Hazrat Isa dan Yusuf
A. Menurut Injil Lukas 3:23, Yusuf suami Maryam adalah anak Eli
B. Menurut Injil Matius 1:16 dia adalah anak Yakub
Dari kalangan Kristian ada yang berpendapat, Eli adalah nama lain bagi Yakub. Tapi sampai sekarang tiada fakta yang membenarkan pendapat ini.
C. Menurut Matius 1:6, Hazrat Isa dan Yusuf adalah kuturunan Nabi Sulaiman
D. Menurut Lukas 3:31, keduanya adalah keturunan saudara Nabi Sulaiman, Natan
Di sini dapat kita melihat adanya percubaan untuk mencari kesalahan pada salasilah Hazrat Isa dengan maksud menunjukkan kontradiksi dalam Alkitab.
Namun soalan yang timbul kerana perbezaan antara salasilah Hazrat Isa dalam Injil Matius dengan Injil Lukas, boleh dijelaskan sebagai berikut.
(1) Salasilah Hazrat Isa pada Injil Matius mengikuti garis keturunan melalui ayah Hazrat Isa menurut undang-undang (Yusuf) dan beberapa raja Yudea selepas Daud.
(2) Sedangkan salasilah Hazrat Isa di Injil Lukas mengikuti garis keturunan biologis melalui ayah yang terdekat, iaitu ayah Maryam yang menjadi datuk Hazrat Isa.
Selain itu, terdapat garis keturunan berbeza setelah Daud sampai ke Sealtiel, yang dapat dijelaskan kerana Neri adalah ayah Sealtiel secara tidak langsung melalui anaknya ibu Sealtiel.
Mengapa Lukas boleh mengambil garis keturunan melalui ibu Hazrat Isa? Hal ini memang luar biasa, tetapi perlu diingat juga bahwa kelahiran Hazrat Isa memang luar biasa kerana Hazrat Isa lahir dari seorang perawan, seperti diyakini dalam Islam.
Selain itu, pilihan dalam Injil Lukas untuk mengikuti garis keturunan melalui Natan daripada Salomo (Sulaiman) sampai Neri boleh difahami berdasarkan niat supaya garis keturunan Hazrat Isa itu tidak dicemarkan oleh beberapa raja Yudea yang menyembah berhala.
Sedangkan Injil Matius menyebut beberapa raja Yudea, tetapi yang paling jahat tidak disebut meskipun secara nyata juga termasuk garis keturunan itu.
Perlu dikemukakan bahawa lazimnya terjadi kelonggaran atau fleksibiliti dalam mengisahkan salasilah dalam Alkitab, antara lain dengan melompat generasi, sehingga pengertian anak juga termasuk cucu dan seterusnya. Seseorang yang disebutkan sebagai anak, ada kemungkinan sebenarnya keturunan generasi lebih jauh, maka kata "anak" harus diertikan sebagai "keturunan."
Yang berikut adalah terjemahan dari Adam Clark Commentary, halaman 861, 862
"Dalam salasilah yang dihuraikan dalam Injil Lukas, ada dua orang yang disebut anak padahal dalam hubungan keluarga mereka adalah menantu. Kedua-dua menantu lelaki yang diketahui dalam salasilah ini adalah Yusuf sebagai menantu Eli, sedangkan ayah kandungnya adalah Yakub (Injil Matius 1:16), juga Sealtiel sebagai menantu Neri, sedangkan ayah kandungnya adalah Yekonia (1 Tawarikh 3:17 dan Injil Matius 1:12). Keterangan ini sudah cukup untuk menghilangkan masalah secara tegas. Dengan demikian jelaslah bahawa Yusuf sebagai anak kandung Yakub menurut Injil Matius adalah menantu Eli menurut Injil Lukas.
Demikian pula Sealtiel sebagai anak kandung Yekonia menurut Injil Matius adalah menantu Neri yang tertulis dalam Injil Lukas. Demikian juga nyata bahawa Maryam adalah anak kandung Eli, yang merupakan singkatan untuk Eliakim, yang dalam bahasa Ibrani juga sama dengan nama Yoakim. Terlihat juga bahawa Yusuf sebagai anak kandung Yakub dan Maryam sebagai anak kandung Eli berasal dari keluarga yang sama. Keduanya keturunan Zerubabel, iaitu Yusuf sebagai keturunan Abihud, anak sulung Zerubabel, dan Maryam sebagai keturunan Resa, anak bongsu dari ayah yang sama."
Sebagai tambahan informasi, soalan mengenai salasilah di Alkitab yang kadang-kadang lompat generasi atau mengikuti keturunan melalui mertua laki-laki memang ada. Namun untuk menegakkan keadilan dan keseimbangan serta kejujuran, perlu juga difikirkan mengenai beberapa ayat Al-Quran, iaitu Sura 19:27-28 dan 20:25-30.
Menurut ayat-ayat ini, Maryam diakui sebagai ibu Hazrat Isa sekaligus sebagai saudara Harun, iaitu saudara Musa yang hidup 1,500 tahun sebelum Masihi.
Hubungan saudara yang sedemikian jauh ini, berarti orang Islam mesti mengerti kata saudara' sebagai hubungan keturunan dengan perbezaan kronologis yang besar sekali, seperti antara Harun yang hidup 1.500 tahun sebelum Masihi dengan Maryam yang melahirkan Hazrat Isa. Oleh itu, tidak pada tempatnya bagi orang Islam untuk mengkritik salasilah yang diuraikan di dalam Alkitab.
________________________________________
3. Bila Hazrat Isa mengajar dan membaptis
A. Menurut Matius 4:12-1 dan Markus 1:14 fasal 2, Hazrat Isa mula mengajar hanya setelah Yahya bin Zakaria (Yahya) ditangkap.
B. Menurut Yahya 3:22-26 dan 4:1-4, menceritakan sebelum Yahya Bin Zakaria ditangkap, Hazrat Isa sudah mengajar dan membaptis orang.
Sebetulnya ayat "Hazrat Isa mula mengajar hanya setelah Yahya Bin Zakaria (iaitu Yahya) ditangkap" adalah kurang tepat. Menurut pengertian yang umumnya diterima mengenai Perjanjian Baru, Hazrat Isa memang sudah memulai beberapa bentuk pelayanan dan pengajaran sebelum penangkapan Yahya Bin Zakaria . Sedangkan menurut Injil Matius dan Markus, Hazrat Isa melakukan salah satu bentuk pemberitaan Injil setelah Yahya Bin Zakaria ditangkap. Perkataan di Injil Matius dan Markus tidak menutupi kemungkinan adanya pelayanan atau pengajaran sebelum penangkapan Yahya Bin Zakaria.
Mengapa demikian? Matius 4:12 dan 4:17 berbunyi: Tetapi waktu Hazrat Isa mendengar bahwa Yahya Bin Zakaria telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea .... Sejak waktu itu Hazrat Isa memberitakan: "Bertaubatlah, sebab Kerajaan Syurga sudah dekat!" Juga dalam Markus 1:14-15: Sesudah Yahya Bin Zakaria ditangkap datanglah Hazrat Isa ke Galilea memberitakan Injil Allah. Kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertaubatlah dan percayalah kepada Injil!"
Ayat-ayat Matius dan Markus ini, secara spesifik mengatakan bahwa Hazrat Isa memberitakan "Bertaubatlah!" setelah Yahya Bin Zakaria ditangkap, tetapi tidak ada yang mengatakan bahawa Hazrat Isa tidak sama sekali melayani atau tidak mengajar sebelum waktu itu.
Dari Injil Yahya dapat diketahui ada pelayanan dan pengajaran oleh Hazrat Isa mulai dari saat Roh Kudus turun seperti merpati. Hazrat Isa mengajar murid-muridnya dan beberapa orang lain serta melakukan mukjizat pada perkahwinan di Kana. Hazrat Isa juga mengajar Nikodemus dan pergi ke Samaria. Semuanya ini sebelum Yahya Bin Zakaria ditangkap. Semuanya ini sebelum Hazrat Isa memanggil murid-muridnya untuk meninggalkan pekerjaan sehari-hari mereka, juga sebelum Hazrat Isa pergi ke Galilea dengan memberitakan "Bertaubatlah!" kepada rakyat umumnya.
Dengan demikian jelas tidak ada perselisihan atau kontradiksi antara ayat Injil Matius, Markus dan Yahya Bin Zakaria seperti yang disangka oleh penanya tadi, dan tentunya kami tidak menganggap ada alasan untuk meragukan kebenaran Injil ini kerana ayat-ayat yang disebut di atas.

Menjawab Respons Seorang Muslim yang Terdesak

Memang benar pepatah Siapa yang makan cili, dialah yang akan merasa kepanasannya! Dan ini ternyata merupakan pengalaman seorang dai, yaitu misionari Islam yang sudah terbawa-bawa oleh ketaksuban dan fanatismenya sehingga dalam keadaan marah-marah dan kepanasannya dia cuba menjawab makalah kami pada bulan Mac, 2004 lepas, tetapi dengan berselindung di sebalik putarbelit, tipu-daya, kekarutan dan pembohongan yang cukup banyak dan jelas, sepertimana si-pembaca akan maklum sebentar lagi. Tindakan terdesak seperti inilah menyerlahkan dan membuktikan kepada kami bahawa pendakwah Islam seperti itu sudah jauh kehabisan modal dan sudah ketandusan fakta-fakta untuk menangkis hujah-hujah kami sehingga dia mampu menggadaikan kebenaran dan menggunakan banyak sekali alasan seperti penafian-penafian, pembohongan, fitnah dan tipudaya bagi menegakkan hujah-hujahnya yang begitu lemah, dangkal dan berasaskan kepada kekarutan yang sememangnya sekali pun tidak masuk akal itu! Makalah tersebut boleh dibaca di sini. [Nota tambahan Disember 2004: Setelah beberapa bulan paparan penangkisan ini terhadap pendustaan dan dakyah kosongnya, Menj telah mematikan link ke makalah asalnya. Tetapi mujurlah, kami ada menyimpan catatan asalnya sebelum dia telah menghilangkan link ke makalahnya itu, dan petikan-petikan itu berwarna merah jambu di dalam rencana kami ini. Ini merupakan satu lagi contoh dan dalil cukup jelas ketidak-jujuran dan betapa munafiknya sikap 'dai Islam' seperti Menj ini, yang cuba menghina ajaran Sayidina Isa a.s. dan Kitab Suci Injil yang sejati dengan berselindung di sebalik tipudaya, pendustaan dan kekarutan belaka.

MENJAWAB HUJATAN PARA PENENTANG ALLAH DI DALAM ALKITAB

Baru-baru ini beberapa gereja-gereja dan segelintir umat Kristen diresahkan dengan terbitnya "Alkitab Eliezer ben Abraham" berjudul Kitab Suci Taurat dan Injil. Tidak kurang juga orang Kristen telah bingung dengan gerakan ini. Gerakan ini menuntut agar istilah Allah dalam Kitab Suci umat Kristian dihapuskan. Alasannya, nama Allah itu kononnya berasal dari "dewa air" yang mengairi bumi.
Saya sendiri sudah pernah menanggapi usul kontroversial ini dengan menggelar seminar yang menghadirkan pembicara Muslim dari IAIN Syarif Hidayatullah, Dr. Kautsar Azhari Noer.(1) Rekan Muslim saya ini menanggapi dengan kepala dingin, seraya mengatakan: "Itu hanya gerakan kaum awam yang tidak perlu ditanggapi.: Mengapa? Menurut Kautsar, "Setiap agama mengenal kontekstualisasi atau inkulturasi." Ya, memang dulu istilah Allah pernah dipakai di lingkungan orang-orang jahiliah sebelum zaman Islam. Tetapi Islam justru datang untuk mengubah makna teologis istilah itu.
SEKITAR PENYIMPANGAN NAMA YAHWEH DAN ALLAH
Setelah seminar tersebut, reaksi berdatangan dari pihak "penentang Allah". Bahkan terbit traktat baru yang khusus menanggapi makalah saya. Saya sendiri memutuskan untuk menghentikan polemik ini. Terus terang, amatlah sulit untuk sesiapa pun memahami "logika" kaum yang kurang cerdas itu.
Bayangkan saja, menurut mereka Allah sebenarnya adalah nama "dewa air." Yang menjadi dasar mereka adalah buku-buku sumber yang mereka kutip sepenggal-sepenggal dan lepas dari konteks. Saya pun membuktikan berdasarkan inskripsi-inskripsi kuno yang ditemukan di Kuntilet Ajrud, di sekitar Nablus sekarang. Di daerah tersebut nama Yahweh pernah dipuja bersama-sama dewi kesuburan Asyera. Salah satu bunyi inksripsi Kuntilet Ajrud, seperti disebut Andrew D. Clarke dan Bruce W. Winters (ed.), One God, One Lord; Christianity in a world of religious Pluralism, dalam bahasa Ibrani:
Birkatekem le-Yahweh syomron we le 'asyeratah
Yakni - Aku memberkati engkau demi Yahwe dari Samaria dan demi Asyera. (2)
Dengan fakta di atas, apakah kita dapat mengatakan kita jangan menggunakan nama Yahwe karena nama ini sekutu Asyera, dewi kesuburan Palestina? Argumentasi ini dijawab oleh mreka, bahwa semua yang saya kemukakan itu tidak perlu ditanggapi karena tidak berdasar pada Alkitab. Ya, maksud mereka adalah saya tidak perlu mengutip data-data arkeologi dalam berargumentasi, kecuali hanya berdasarkan ayat-ayat Alkitab.
Nah, di sinilah terbukti ketidakadilan kaum penentang "Allah" dengan amat jelas! Mengapa? Sebab umat Islam tentu saja boleh bertanya balik, "Apakah Allah sebagai dewa air itu ada dalam Alquran?" Lalu, umat Islam pun mengajak kita untuk berargumentasi dan berdebat tanpa bukti sejarah. Cukup dengan ayat-ayat Al-Quran saja. Kalau begitu, jelas tidak ada sepotong ayat pun dalam Alquran yang menyebut Allah sebagai dewa air. Menurut Alquran, Allah adalah Pencipta langit dan bumi (Q.surah al-Jatsiyah 45:22, "Wa khadaq Allah as-samawati wa al-ardh").
Begitu juga, siapakah Allah itu bagi umat Kristen Arab? "Allah" - demikian menurut Buthros 'Abd al-Malik, dalam Qamus al-kitab al-Muqaddas - adalah "nama dari Ilah (sembahan) yang menciptakan segala yang ada" (hadza al-llah khalaq al-jami' al-kainat). (3)
Begitu juga, setiap umat Arab Kristen sebelum atau sesudah Islam mengawali mengucapkan Qanun al-Iman (syahadat Kristian) yang diawali dengan kalimat:
"Nu'minu bi-ilahun wahidun, Allah al-Ab al-dhabital kull, khalaqa as-sama'I wa al-ardh, kulla ma yura wa maa layuura"
yang bermaksud :
Kami percaya kepada satu-satunya sembahan/ilah, yaitu Allah Bapa, yang berkuasa atas segala sesuatu, Pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. (4)
Mengapa mreka menuduh bahwa Allah adalah "dewa air" berdasarkan sumber-sumber tulisan yang bukan Alquran, sementara mereka menolak data yang telah saya kemukakan tentang penyimpangan nama Yahwe, karena tidak ada dalam Alkitab?
Oleh karena itu, saya menyarankan agar belajar lebih banyak tentang sejarah kekristenan di Timur Tengah, tempat kekristenan mula-mulanya berkembang. Peranan filologi (ilmu perbandingan bahasa) juga sangat penting dalam memperkaya kajian ini, sebelum mereka begitu bersemangat menyebarkan pendapat yang jelas-jelas tidak ilmiah.
KATA ALLAH DAN PADANANNYA DALAM BAHASA IBRANI DAN ARAMI
Dalam menilai kata Allah, kita harus memahami bahwa kata itu serumpun dengan kata-kata bahasa Semitik yang lebih tua (yang dipakai di Timur Tengah: Ibrani dan Arami). Kata Allah itu cognate dengan kata Ibrani: El, Eloah, Elohim; dan kata Arami Elah, Alaha, yang semuanya terdapat dalam Perjanjian Lama ataupun dalam Targum (komentar-komentar Taurat dalam bahasa Arami yang lazim dibaca mulai dari zaman sebelum Al-Masih, zaman Sayidina Isa hingga hari ini).
Perlu anda ketahui, sebagian kecil Kitab Perjanjian Lama juga ditulis dalam bahasa Arami, yakni beberapa pasal Kitan Ezra dan juga beberapa pasal dari Daniel. Marilah kita baca dan cermati ayat-ayat yang menggunakan kata elah di bawah ini:
"Be Shum elah yisra'el ..."
Daniel 5 : 1, "Demi Nama Allah Israel."
"...di elahekon hu elah elahin, umara malekin
Daniel 2:47, "Sesungguhnya Elah-mu itu elah yang mengatasi segala elah dan berkuasa atas para raja.
Sedangkan bentuk Ibrani yang dekat dengan istilah Arami elah dan Arab ilah, al-ilah dan Allah adalah sebutan eloah, misalnya disebutkan:
"Eloah mi-Teman yavo we Qadosh me-Har Paran, Selah"
Yaitu Habakuk 3 : 3, yang bererti -
"Eloah akan datang dari negeri Teman, dan Yang Mahakudus dari pergunungan Paran, Sela."
Tetapi argumentasi ini pun segera ditanggapi dengan traktat mereka. Menurut mereka, istilah el, elohim, eloah (Ibrani) dan elah, alaha (Arami/Syriac) tidak sejajar dengan istilah Arab Allah berasal dari ilah (God, sembahan). Dengan awalan kata sandang di depannya Al (Inggris: the), makna the god, "sembahan yang itu". Maksudnya sembahan atau ilah yang benar.
"Laa ilaha ilallah". Tidak ada ilah selain Allah. Allah adalah satu-satunya ilah. Ungkapan Laa ilaha ilallah ini, dijumpai pula dalam Alkitab terjemahan bahasa Arab, 1 Korintus 8 : 4-6 berbunyi :
"... wa'an Laa ilaha ilallah al-ahad, ...faa lana ilahu wahidu wa huwa al-Abu iladzi minhu kullu sya'in wa ilahi narji'u, wa huwa rabbu wahidu wa huwa Yasu' al-Masihu iladzi bihi kullu syai'in wa bihi nahya"
Yakni maksudnya :
Dan sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah, Yang Mahaesa ... dan bagi kita hanya ada satu ilah/sembahan yaitu Bapa, yang dari-Nya berasal segala sesuatu dan kepada-Nya kita akan kembali, dan hanya ada satu Rabb/Tuhan, yaitu Yesus Kristus yang melalui-Nya (sebagai Firman Allah) telah diciptakan segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup). (5)
Mereka begitu entengnya menanggapi hal ini. Menurut brosur mereka, istilah 'Allah' memang ada dalam Alkitab berbahasa Ibrani, tetapi artinya "sumpah" (1 Raj. 8:31; II Taw. 6:22). Mereka benar, tetapi mereka juga harus tahu, seperti kata Yahweh tidak turun dari langit. Demikian pula kata elohim, eloah, elah berasal dari akar kata tertentu. Menurut C.L. Schofield, istilah elah berasal dari akar kata el (Yang Maha kuat) dan alah (sumpah):
"to swear, to bind oneself by an oath, so implifying faithfullness." (6)
Jadi, di hadapan hadirat El (Yang Maha kuat) seseorang mengikat sumpah (alah). Dari kata El dan alah ini, kemudian terbentuklah kata elah. Sedangkan bentuk elohim, dengan akhiran im menunjukkan jamak untuk menekankan kebesaran (pluralis maestaticus). Oleh para pujangga gereja kata tersebut ditafsirkan secara alegoris sebagai bukti dari sifat ketritunggalan Allah. Karena itu, sangat gegabah untuk menolak fakta keserumpunan antara Arab dengan bahasa Ibrani dan Aram, hanya dengan argumentasi dangkal seperti ini.
Kata alah (dengan satu "l") memang ada dalam bahasa Ibrani yang berarti "sumpah, kutuk". Berbeda dengan bahasa Arab allah (dengan dua huruf "L"). Dua huruf "l" (lam) yang dalam istilah Allah menunjukkan asal-usulnya dari kata sandang Al (the) dan ilah (god) seperti dikemukakan di atas. (7)
ISTILAH ALLAH DI LINGKUNGAN KRISTIAN SYRIA PRA-ISLAM
Seperti istilah Yahweh pernah dipuja secara salah di sekitar wilayah Samaria, terbukti dari inskripsi Kuntilet Ajrud dan Khirbet el-Qom, demikian juga istilah Allah disalahgunakan di sekitar Mekkah sebelum zaman Islam. Tetapi istilah Allah dipakai sebagai sebutan bagi Khaliq langit dan bumi oleh orang-orang Kristen Arab di wilayah Syria. Hal ini dibuktikan dari sejumlah inskripsi Arab pra-Islam yang semuanya ternyata berasal dari lingkungan Kristen.
Salah satu inskripsi kuno yang ditemukan pada tahun 1881 di kota Zabad, sebelah tenggara kota Allepo (Arab: Halab), sebuah kota di Syria sekarang, meneguhkan dalil tersebut. Inskripsi Zabad ini telah dibuktikan tanggalnya berasal dari azman sebelum Islam, tepatnya tahun 512. Menariknya, inskripsi ini diawali dengan perkataan Bism-al-lah, "Dengan Nama al-lah" (bentuk singkatnya: Bismillah, "Dengan Nama Allah"), dan kemudian diusul dengan nama-nama orang Kristen Syria. Bunyi lengkap inskripsi Arab Kristen ini dapat direkonstruksi sebagai berikut:
"Bism' al-lah: Serjius bar 'Amad, Manaf wa Hani bar Mar al-Qais, Serjius bar Sa'd wa Sitr wa Sahuraih"
terjemahannya :
- Dengan Nama Allah: Sergius putra Amad, Manaf dan Hani putra Mat al-Qais, Sergius putra Sa'ad, Sitr dan Shauraih. (8)
Menurut Yasin Hamid al-Safadi, dalam The Islamic Calligraphy, inskripsi pra-Islam lainya yang ditemukan di Ummul Jimal dari pertengahan abad ke-6 Masehi, membuktikan bahwa berbeda dengan yang terjadi di Arab selatan, di sekitar Syria nama 'Allah' disembah secara benar. Inskripsi Ummul Jimmal diawali dengan kata-kata Allah ghafran (Allah mengampuni). (9)
Bahkan menurut Spencer Trimingham, dalam bukunya Christianity among the Arabs in the pre-Islamic Times, membuktikan bahwa pada tahun yang sama dengan diadakannya Majma' (Konsili) Efesus (431), di wilayah suku Arab Hartis (Yunani: Aretas ) dipimpin seorang uskup yang bernama 'Abd Allah (Hamba Allah). (10)
Dari bukti-bukti arkeologis ini, jelas bahwa sebutan Allah sudah dipakai di lingkungan Kristen sebelum zaman Islam yang dimaknai sebagai sebutan bagi Tuhan Yang Mahaesa, Pencipta langit dan bumi.
PENGGUNAAN BAHASA IBRANI, YUNANI DAN ARAMI PADA ZAMAN YESUS
Cukup mengherankan bahwa "para penentang Allah" itu selalu menggunakan Ha B'rit ha-Hadasah (Perjanjian Baru bahasa Ibrani) dan memperlakukannya seolah-olah itulah teks bahasa aslinya. Dalam Perjanjian Baru berbahasa Ibrani ini tentu saja kita akan menjumpai nama Yahwe. Tetapi Perjanjian Baru berbahasa Ibrani itu adalah hasil terjemahan dari bahasa Yunani. Penerjemahan dilakukan oleh United Bible Society in Israel, baru pada tahun 1970-an.
Perjanjian Baru aslinya ditulis dalam bahasa Yunani Koine dan para rasul Yesus tidak mempertahankan nama diri Yahwe. Saya setuju bahwa Yesus ketika masuk ke sinagoge, Baginda mengutip teks-teks Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani (Lukas 4:18-19). Namun, kita juga harus paham bahwa Baginda juga telah bercakap-cakap dalam bahasa Arami dengan murid-murid-Nya sebagai "bahasa ibunda" masyarakat Yahudi pada zaman intu.
Penulisan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani karena bahasa ini menjadi bahasa yang paling luas digunakan di seluruh wilayah kekaisaran Romawi pada zaman itu. Meskipun demikian, Perjanjian Baru Yunani itu tidak dapat dipahami tanpa melihat latar belakang budaya Arami. (11) Oleh karena kitab ini masih memelihara beberapa ungkapan Arami - yang waktu itu juga biasa disebut Ibrani - sebab dianggap sebagai salah satu dialek tutur saja bagi masyrakat Yahudi di Galilea. Beberapa contoh kata Arami yang dipelihara itu, antara lain: Talita Kum (Mark 5 : 41), Gabbata (Yohanes 19 : 13), Maranatha (1 Korintus 16 : 23).
Salah satu bukti bahwa Yesus membaca Targum berbahasa Arami, di mana kata Alaha (yang cognate dengan bentuk Ibrani: Eloah, dan Arab: Allah) adalah ungkapan Yesus dalam Markus 15:33, Elohi, Elohi, l'mah sh'vaktani. Sebab dalam teks Mazmur 22:2 bahasa Ibraninya: Eli, Eli lamah 'azvatani. Selanjutnya, apabila bahasa asli Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dan para rasul tidak mempertahankan nama Yahwe, lalu apa pula dasar dan alasan mereka mati-matian mempertahankannya?
Para rasul penulis Perjanjian Baru menterjemahkan Kyrios (Tuhan) sebagai kata ganti Yahwe. Sebut satu contoh saja, misalnya Haddebarim/ Ulangan 6 : 4 dalam bahasa asli (Ibrani):
"Syema Ysrael, Adonai Elohenu, Adonay Ehad".
Kutipan ayat ini ditemukan dalam Markus 12 : 29, di mana nama Yahwe diterjemahkan Kyrios - Tuhan, mengikut terjemahan Yunani Septuaginta:
"Akoue, Israel, Kurios ho theos hemin, kurios eis esti"
- Dengarlah wahai Israel, Kurios (Tuhan) itu Theos/Allah kita, Kurios/Tuhan itu Esa.
Jadi, sekali lagi Markus sang penulis Injil pun tidak mempertahankan nama Yahwe. Lalu, apakah mereka berani berkata bahwa seluruh penulis Perjanjian Baru itu adalah salah?
Dalam bahasa Ibrani istilah "Nama" juga tidak bisa dipahami secara harfiah seperti nama-nama: Suharto, Suradi, Marsudi, Wan, Ngah dan sebagainya. Dalam hal ini anda harus bedakan antara "nama" (yang berasal dari bahasa manusia yang dibatasi oleh konteks ruang dan waktu) dengan "Dia yang dinamakan" (Yang Absolute, tidak terbatas, tidak terhingga). "Nama" dalam teologi Yahudi lebih menunjuk kepada "Kuasa di balik Ia yang di-Nama-kan". Karena itu, orang-orang Yahudi hanya mempertahankan tetagramaton (keempat huruf suci: y h w h), tetapi tidak membacanya dalam tradisi lisan. Kata itu sudah lazim dibaca dengan: Adonay (Tuhanku) atau Ha-Shem ("the Name", Sang Nama).
Silakan mereka memeriksa tradisi Yahudi ini, misalnya literatur Yahudi: Humasah Hunasy Torah 'im Targum Onqelos, (12) berbahasa Ibrani dan Arami yang lazim dipakai pemeluk Yahudi hingga zaman sekarang ini.
Kesimpulan saya, apabila kita menolak usulan para "penentang Allah" itu, bukan sekadar menimbang manfaat atau mudaratnya saja. Manfaatnya jelas tidak ada sama sekali. Mudaratnya jelas tidak hanya membingungkan umat Kristiani, tetapi telah membuka "barisan permusuhan" dengan umat Islam. Yang lebih penting lagi, tidak ada gunanya berdialog dengan orang-orang yang memang tidak memenuhi standard berpikir ilmiah itu. "Tetapi mereka menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui," demikian Yudas 1:10, dan lanjutan ayat ini saya tidak tega untuk menuliskannya di sini.

Nota-nota dan Referensi
Majalah DR, "Ketika Allah diperdebatkan", 9-14 Ogos 1999.
Andrew D. Clarcke dan Bruce W.Winters (ed.), Satu Allah satu Tuhan: Tinjauan Alkitab tentang Pluralisme Agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hlm.50
Buthros 'Abd al-Malik (ed.), Qamus al-Kitab al-Muqaddas (Beirut: Jami' al-Kana'is fii al-Syarif al-Adniy, 1981), hlm.107
Al-Qamas Isodorus al-Baramus, Al-Ajabiyat: shalawat As-Sa'at wa Ruh al-Tashra'at (Kairo: Maktabah Mar Jurjis al-Syaikulaniy Syabra, 1996), hlm. 79.
"Risalat Bulus ar-Rasul ila Ahl Kurinthus al-Awwal 8 : 4-6", dalam al-Kitab al-Muqaddas (Beirut: Dar al-Kitab al-Muqaddas fii al-Syariq al-Ausath, 1992).
Rev. C.I. Schofield (ed.), Holy Bible, Schofield Reference (London: Oxford University Press, 1945), hlm.3
Kita lihat bahwa Allah itu Al-nya merupakan hamzah washl. Kerana itu menjadi wallahi, billahi dan sebagainya. Itu berarti kata Allah bukan merupakan akar kata yang asli. Sebab akar kata yang asli pasti menggunakan hamzah qath'. Lihat: Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998), hlm.262.
Bacaan Bism al-lah (Dengan Nama Allah) berasal dari Yasin Hamid al-Safadi, Kaligrafi Islam. Alih Bahasa: Abdul Hadi WM (Jakarta: PT. Panca Simpati, 1986), hlm. 6. Sedangkan M.A. Kugener, Note sur l'inscription triligue de Zebed (1907) seperti dikutip Spencer Trimingham Christianity Among the Arabs in pre Islamic Times (London-Beirut: Longman-Librairie du Liban, 1979), hlm. 226, membacanya "Teym al-Ilah". Jadi, sebagai nama diri yang diusul oleh nama-nama lainnya, bukan sebagai bunyi sebuah doa. Tetapi apa pun bunyi yang paling tepat dari awal inskripsi itu, yang jelas kata al-llah, Allah sudah dipakai dalam makna Tauhid Kristen, dan bukan dalam makna dewa berhala yaitu pagan.
Yasin Hamid al-Safadi, Loc.Cit
Spencer Trimingham, Op. Cit. Hlm. 74
Matthew Black, An Aramaic Approach to the Gospels and Acts (Oxford: At the Calrendon Press, 1967).
Rabbi Nosson Scherman-Rabbi Meir Zlotowitz (ed.), Humasah Humasy Torah 'im Targum Onqelos (Brooklyn: Mesorah Publications, Ltd. 1993), hlm.xxvi. Selanjutnya, mengenai Nama (dan nama-nama) Allah, cf. "Parashas Shemos", hlm.304-305.

MENJAWAB HUJATAN PARA PENENTANG ALLAH DI DALAM ALKITAB

Baru-baru ini beberapa gereja-gereja dan segelintir umat Kristen diresahkan dengan terbitnya "Alkitab Eliezer ben Abraham" berjudul Kitab Suci Taurat dan Injil. Tidak kurang juga orang Kristen telah bingung dengan gerakan ini. Gerakan ini menuntut agar istilah Allah dalam Kitab Suci umat Kristian dihapuskan. Alasannya, nama Allah itu kononnya berasal dari "dewa air" yang mengairi bumi.
Saya sendiri sudah pernah menanggapi usul kontroversial ini dengan menggelar seminar yang menghadirkan pembicara Muslim dari IAIN Syarif Hidayatullah, Dr. Kautsar Azhari Noer.(1) Rekan Muslim saya ini menanggapi dengan kepala dingin, seraya mengatakan: "Itu hanya gerakan kaum awam yang tidak perlu ditanggapi.: Mengapa? Menurut Kautsar, "Setiap agama mengenal kontekstualisasi atau inkulturasi." Ya, memang dulu istilah Allah pernah dipakai di lingkungan orang-orang jahiliah sebelum zaman Islam. Tetapi Islam justru datang untuk mengubah makna teologis istilah itu.
SEKITAR PENYIMPANGAN NAMA YAHWEH DAN ALLAH
Setelah seminar tersebut, reaksi berdatangan dari pihak "penentang Allah". Bahkan terbit traktat baru yang khusus menanggapi makalah saya. Saya sendiri memutuskan untuk menghentikan polemik ini. Terus terang, amatlah sulit untuk sesiapa pun memahami "logika" kaum yang kurang cerdas itu.
Bayangkan saja, menurut mereka Allah sebenarnya adalah nama "dewa air." Yang menjadi dasar mereka adalah buku-buku sumber yang mereka kutip sepenggal-sepenggal dan lepas dari konteks. Saya pun membuktikan berdasarkan inskripsi-inskripsi kuno yang ditemukan di Kuntilet Ajrud, di sekitar Nablus sekarang. Di daerah tersebut nama Yahweh pernah dipuja bersama-sama dewi kesuburan Asyera. Salah satu bunyi inksripsi Kuntilet Ajrud, seperti disebut Andrew D. Clarke dan Bruce W. Winters (ed.), One God, One Lord; Christianity in a world of religious Pluralism, dalam bahasa Ibrani:
Birkatekem le-Yahweh syomron we le 'asyeratah
Yakni - Aku memberkati engkau demi Yahwe dari Samaria dan demi Asyera. (2)
Dengan fakta di atas, apakah kita dapat mengatakan kita jangan menggunakan nama Yahwe karena nama ini sekutu Asyera, dewi kesuburan Palestina? Argumentasi ini dijawab oleh mreka, bahwa semua yang saya kemukakan itu tidak perlu ditanggapi karena tidak berdasar pada Alkitab. Ya, maksud mereka adalah saya tidak perlu mengutip data-data arkeologi dalam berargumentasi, kecuali hanya berdasarkan ayat-ayat Alkitab.
Nah, di sinilah terbukti ketidakadilan kaum penentang "Allah" dengan amat jelas! Mengapa? Sebab umat Islam tentu saja boleh bertanya balik, "Apakah Allah sebagai dewa air itu ada dalam Alquran?" Lalu, umat Islam pun mengajak kita untuk berargumentasi dan berdebat tanpa bukti sejarah. Cukup dengan ayat-ayat Al-Quran saja. Kalau begitu, jelas tidak ada sepotong ayat pun dalam Alquran yang menyebut Allah sebagai dewa air. Menurut Alquran, Allah adalah Pencipta langit dan bumi (Q.surah al-Jatsiyah 45:22, "Wa khadaq Allah as-samawati wa al-ardh").
Begitu juga, siapakah Allah itu bagi umat Kristen Arab? "Allah" - demikian menurut Buthros 'Abd al-Malik, dalam Qamus al-kitab al-Muqaddas - adalah "nama dari Ilah (sembahan) yang menciptakan segala yang ada" (hadza al-llah khalaq al-jami' al-kainat). (3)
Begitu juga, setiap umat Arab Kristen sebelum atau sesudah Islam mengawali mengucapkan Qanun al-Iman (syahadat Kristian) yang diawali dengan kalimat:
"Nu'minu bi-ilahun wahidun, Allah al-Ab al-dhabital kull, khalaqa as-sama'I wa al-ardh, kulla ma yura wa maa layuura"
yang bermaksud :
Kami percaya kepada satu-satunya sembahan/ilah, yaitu Allah Bapa, yang berkuasa atas segala sesuatu, Pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. (4)
Mengapa mreka menuduh bahwa Allah adalah "dewa air" berdasarkan sumber-sumber tulisan yang bukan Alquran, sementara mereka menolak data yang telah saya kemukakan tentang penyimpangan nama Yahwe, karena tidak ada dalam Alkitab?
Oleh karena itu, saya menyarankan agar belajar lebih banyak tentang sejarah kekristenan di Timur Tengah, tempat kekristenan mula-mulanya berkembang. Peranan filologi (ilmu perbandingan bahasa) juga sangat penting dalam memperkaya kajian ini, sebelum mereka begitu bersemangat menyebarkan pendapat yang jelas-jelas tidak ilmiah.
KATA ALLAH DAN PADANANNYA DALAM BAHASA IBRANI DAN ARAMI
Dalam menilai kata Allah, kita harus memahami bahwa kata itu serumpun dengan kata-kata bahasa Semitik yang lebih tua (yang dipakai di Timur Tengah: Ibrani dan Arami). Kata Allah itu cognate dengan kata Ibrani: El, Eloah, Elohim; dan kata Arami Elah, Alaha, yang semuanya terdapat dalam Perjanjian Lama ataupun dalam Targum (komentar-komentar Taurat dalam bahasa Arami yang lazim dibaca mulai dari zaman sebelum Al-Masih, zaman Sayidina Isa hingga hari ini).
Perlu anda ketahui, sebagian kecil Kitab Perjanjian Lama juga ditulis dalam bahasa Arami, yakni beberapa pasal Kitan Ezra dan juga beberapa pasal dari Daniel. Marilah kita baca dan cermati ayat-ayat yang menggunakan kata elah di bawah ini:
"Be Shum elah yisra'el ..."
Daniel 5 : 1, "Demi Nama Allah Israel."
"...di elahekon hu elah elahin, umara malekin
Daniel 2:47, "Sesungguhnya Elah-mu itu elah yang mengatasi segala elah dan berkuasa atas para raja.
Sedangkan bentuk Ibrani yang dekat dengan istilah Arami elah dan Arab ilah, al-ilah dan Allah adalah sebutan eloah, misalnya disebutkan:
"Eloah mi-Teman yavo we Qadosh me-Har Paran, Selah"
Yaitu Habakuk 3 : 3, yang bererti -
"Eloah akan datang dari negeri Teman, dan Yang Mahakudus dari pergunungan Paran, Sela."
Tetapi argumentasi ini pun segera ditanggapi dengan traktat mereka. Menurut mereka, istilah el, elohim, eloah (Ibrani) dan elah, alaha (Arami/Syriac) tidak sejajar dengan istilah Arab Allah berasal dari ilah (God, sembahan). Dengan awalan kata sandang di depannya Al (Inggris: the), makna the god, "sembahan yang itu". Maksudnya sembahan atau ilah yang benar.
"Laa ilaha ilallah". Tidak ada ilah selain Allah. Allah adalah satu-satunya ilah. Ungkapan Laa ilaha ilallah ini, dijumpai pula dalam Alkitab terjemahan bahasa Arab, 1 Korintus 8 : 4-6 berbunyi :
"... wa'an Laa ilaha ilallah al-ahad, ...faa lana ilahu wahidu wa huwa al-Abu iladzi minhu kullu sya'in wa ilahi narji'u, wa huwa rabbu wahidu wa huwa Yasu' al-Masihu iladzi bihi kullu syai'in wa bihi nahya"
Yakni maksudnya :
Dan sesungguhnya tidak ada ilah selain Allah, Yang Mahaesa ... dan bagi kita hanya ada satu ilah/sembahan yaitu Bapa, yang dari-Nya berasal segala sesuatu dan kepada-Nya kita akan kembali, dan hanya ada satu Rabb/Tuhan, yaitu Yesus Kristus yang melalui-Nya (sebagai Firman Allah) telah diciptakan segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup). (5)
Mereka begitu entengnya menanggapi hal ini. Menurut brosur mereka, istilah 'Allah' memang ada dalam Alkitab berbahasa Ibrani, tetapi artinya "sumpah" (1 Raj. 8:31; II Taw. 6:22). Mereka benar, tetapi mereka juga harus tahu, seperti kata Yahweh tidak turun dari langit. Demikian pula kata elohim, eloah, elah berasal dari akar kata tertentu. Menurut C.L. Schofield, istilah elah berasal dari akar kata el (Yang Maha kuat) dan alah (sumpah):
"to swear, to bind oneself by an oath, so implifying faithfullness." (6)
Jadi, di hadapan hadirat El (Yang Maha kuat) seseorang mengikat sumpah (alah). Dari kata El dan alah ini, kemudian terbentuklah kata elah. Sedangkan bentuk elohim, dengan akhiran im menunjukkan jamak untuk menekankan kebesaran (pluralis maestaticus). Oleh para pujangga gereja kata tersebut ditafsirkan secara alegoris sebagai bukti dari sifat ketritunggalan Allah. Karena itu, sangat gegabah untuk menolak fakta keserumpunan antara Arab dengan bahasa Ibrani dan Aram, hanya dengan argumentasi dangkal seperti ini.
Kata alah (dengan satu "l") memang ada dalam bahasa Ibrani yang berarti "sumpah, kutuk". Berbeda dengan bahasa Arab allah (dengan dua huruf "L"). Dua huruf "l" (lam) yang dalam istilah Allah menunjukkan asal-usulnya dari kata sandang Al (the) dan ilah (god) seperti dikemukakan di atas. (7)
ISTILAH ALLAH DI LINGKUNGAN KRISTIAN SYRIA PRA-ISLAM
Seperti istilah Yahweh pernah dipuja secara salah di sekitar wilayah Samaria, terbukti dari inskripsi Kuntilet Ajrud dan Khirbet el-Qom, demikian juga istilah Allah disalahgunakan di sekitar Mekkah sebelum zaman Islam. Tetapi istilah Allah dipakai sebagai sebutan bagi Khaliq langit dan bumi oleh orang-orang Kristen Arab di wilayah Syria. Hal ini dibuktikan dari sejumlah inskripsi Arab pra-Islam yang semuanya ternyata berasal dari lingkungan Kristen.
Salah satu inskripsi kuno yang ditemukan pada tahun 1881 di kota Zabad, sebelah tenggara kota Allepo (Arab: Halab), sebuah kota di Syria sekarang, meneguhkan dalil tersebut. Inskripsi Zabad ini telah dibuktikan tanggalnya berasal dari azman sebelum Islam, tepatnya tahun 512. Menariknya, inskripsi ini diawali dengan perkataan Bism-al-lah, "Dengan Nama al-lah" (bentuk singkatnya: Bismillah, "Dengan Nama Allah"), dan kemudian diusul dengan nama-nama orang Kristen Syria. Bunyi lengkap inskripsi Arab Kristen ini dapat direkonstruksi sebagai berikut:
"Bism' al-lah: Serjius bar 'Amad, Manaf wa Hani bar Mar al-Qais, Serjius bar Sa'd wa Sitr wa Sahuraih"
terjemahannya :
- Dengan Nama Allah: Sergius putra Amad, Manaf dan Hani putra Mat al-Qais, Sergius putra Sa'ad, Sitr dan Shauraih. (8)
Menurut Yasin Hamid al-Safadi, dalam The Islamic Calligraphy, inskripsi pra-Islam lainya yang ditemukan di Ummul Jimal dari pertengahan abad ke-6 Masehi, membuktikan bahwa berbeda dengan yang terjadi di Arab selatan, di sekitar Syria nama 'Allah' disembah secara benar. Inskripsi Ummul Jimmal diawali dengan kata-kata Allah ghafran (Allah mengampuni). (9)
Bahkan menurut Spencer Trimingham, dalam bukunya Christianity among the Arabs in the pre-Islamic Times, membuktikan bahwa pada tahun yang sama dengan diadakannya Majma' (Konsili) Efesus (431), di wilayah suku Arab Hartis (Yunani: Aretas ) dipimpin seorang uskup yang bernama 'Abd Allah (Hamba Allah). (10)
Dari bukti-bukti arkeologis ini, jelas bahwa sebutan Allah sudah dipakai di lingkungan Kristen sebelum zaman Islam yang dimaknai sebagai sebutan bagi Tuhan Yang Mahaesa, Pencipta langit dan bumi.
PENGGUNAAN BAHASA IBRANI, YUNANI DAN ARAMI PADA ZAMAN YESUS
Cukup mengherankan bahwa "para penentang Allah" itu selalu menggunakan Ha B'rit ha-Hadasah (Perjanjian Baru bahasa Ibrani) dan memperlakukannya seolah-olah itulah teks bahasa aslinya. Dalam Perjanjian Baru berbahasa Ibrani ini tentu saja kita akan menjumpai nama Yahwe. Tetapi Perjanjian Baru berbahasa Ibrani itu adalah hasil terjemahan dari bahasa Yunani. Penerjemahan dilakukan oleh United Bible Society in Israel, baru pada tahun 1970-an.
Perjanjian Baru aslinya ditulis dalam bahasa Yunani Koine dan para rasul Yesus tidak mempertahankan nama diri Yahwe. Saya setuju bahwa Yesus ketika masuk ke sinagoge, Baginda mengutip teks-teks Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani (Lukas 4:18-19). Namun, kita juga harus paham bahwa Baginda juga telah bercakap-cakap dalam bahasa Arami dengan murid-murid-Nya sebagai "bahasa ibunda" masyarakat Yahudi pada zaman intu.
Penulisan Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani karena bahasa ini menjadi bahasa yang paling luas digunakan di seluruh wilayah kekaisaran Romawi pada zaman itu. Meskipun demikian, Perjanjian Baru Yunani itu tidak dapat dipahami tanpa melihat latar belakang budaya Arami. (11) Oleh karena kitab ini masih memelihara beberapa ungkapan Arami - yang waktu itu juga biasa disebut Ibrani - sebab dianggap sebagai salah satu dialek tutur saja bagi masyrakat Yahudi di Galilea. Beberapa contoh kata Arami yang dipelihara itu, antara lain: Talita Kum (Mark 5 : 41), Gabbata (Yohanes 19 : 13), Maranatha (1 Korintus 16 : 23).
Salah satu bukti bahwa Yesus membaca Targum berbahasa Arami, di mana kata Alaha (yang cognate dengan bentuk Ibrani: Eloah, dan Arab: Allah) adalah ungkapan Yesus dalam Markus 15:33, Elohi, Elohi, l'mah sh'vaktani. Sebab dalam teks Mazmur 22:2 bahasa Ibraninya: Eli, Eli lamah 'azvatani. Selanjutnya, apabila bahasa asli Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani dan para rasul tidak mempertahankan nama Yahwe, lalu apa pula dasar dan alasan mereka mati-matian mempertahankannya?
Para rasul penulis Perjanjian Baru menterjemahkan Kyrios (Tuhan) sebagai kata ganti Yahwe. Sebut satu contoh saja, misalnya Haddebarim/ Ulangan 6 : 4 dalam bahasa asli (Ibrani):
"Syema Ysrael, Adonai Elohenu, Adonay Ehad".
Kutipan ayat ini ditemukan dalam Markus 12 : 29, di mana nama Yahwe diterjemahkan Kyrios - Tuhan, mengikut terjemahan Yunani Septuaginta:
"Akoue, Israel, Kurios ho theos hemin, kurios eis esti"
- Dengarlah wahai Israel, Kurios (Tuhan) itu Theos/Allah kita, Kurios/Tuhan itu Esa.
Jadi, sekali lagi Markus sang penulis Injil pun tidak mempertahankan nama Yahwe. Lalu, apakah mereka berani berkata bahwa seluruh penulis Perjanjian Baru itu adalah salah?
Dalam bahasa Ibrani istilah "Nama" juga tidak bisa dipahami secara harfiah seperti nama-nama: Suharto, Suradi, Marsudi, Wan, Ngah dan sebagainya. Dalam hal ini anda harus bedakan antara "nama" (yang berasal dari bahasa manusia yang dibatasi oleh konteks ruang dan waktu) dengan "Dia yang dinamakan" (Yang Absolute, tidak terbatas, tidak terhingga). "Nama" dalam teologi Yahudi lebih menunjuk kepada "Kuasa di balik Ia yang di-Nama-kan". Karena itu, orang-orang Yahudi hanya mempertahankan tetagramaton (keempat huruf suci: y h w h), tetapi tidak membacanya dalam tradisi lisan. Kata itu sudah lazim dibaca dengan: Adonay (Tuhanku) atau Ha-Shem ("the Name", Sang Nama).
Silakan mereka memeriksa tradisi Yahudi ini, misalnya literatur Yahudi: Humasah Hunasy Torah 'im Targum Onqelos, (12) berbahasa Ibrani dan Arami yang lazim dipakai pemeluk Yahudi hingga zaman sekarang ini.
Kesimpulan saya, apabila kita menolak usulan para "penentang Allah" itu, bukan sekadar menimbang manfaat atau mudaratnya saja. Manfaatnya jelas tidak ada sama sekali. Mudaratnya jelas tidak hanya membingungkan umat Kristiani, tetapi telah membuka "barisan permusuhan" dengan umat Islam. Yang lebih penting lagi, tidak ada gunanya berdialog dengan orang-orang yang memang tidak memenuhi standard berpikir ilmiah itu. "Tetapi mereka menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui," demikian Yudas 1:10, dan lanjutan ayat ini saya tidak tega untuk menuliskannya di sini.

Nota-nota dan Referensi
Majalah DR, "Ketika Allah diperdebatkan", 9-14 Ogos 1999.
Andrew D. Clarcke dan Bruce W.Winters (ed.), Satu Allah satu Tuhan: Tinjauan Alkitab tentang Pluralisme Agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hlm.50
Buthros 'Abd al-Malik (ed.), Qamus al-Kitab al-Muqaddas (Beirut: Jami' al-Kana'is fii al-Syarif al-Adniy, 1981), hlm.107
Al-Qamas Isodorus al-Baramus, Al-Ajabiyat: shalawat As-Sa'at wa Ruh al-Tashra'at (Kairo: Maktabah Mar Jurjis al-Syaikulaniy Syabra, 1996), hlm. 79.
"Risalat Bulus ar-Rasul ila Ahl Kurinthus al-Awwal 8 : 4-6", dalam al-Kitab al-Muqaddas (Beirut: Dar al-Kitab al-Muqaddas fii al-Syariq al-Ausath, 1992).
Rev. C.I. Schofield (ed.), Holy Bible, Schofield Reference (London: Oxford University Press, 1945), hlm.3
Kita lihat bahwa Allah itu Al-nya merupakan hamzah washl. Kerana itu menjadi wallahi, billahi dan sebagainya. Itu berarti kata Allah bukan merupakan akar kata yang asli. Sebab akar kata yang asli pasti menggunakan hamzah qath'. Lihat: Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan: Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998), hlm.262.
Bacaan Bism al-lah (Dengan Nama Allah) berasal dari Yasin Hamid al-Safadi, Kaligrafi Islam. Alih Bahasa: Abdul Hadi WM (Jakarta: PT. Panca Simpati, 1986), hlm. 6. Sedangkan M.A. Kugener, Note sur l'inscription triligue de Zebed (1907) seperti dikutip Spencer Trimingham Christianity Among the Arabs in pre Islamic Times (London-Beirut: Longman-Librairie du Liban, 1979), hlm. 226, membacanya "Teym al-Ilah". Jadi, sebagai nama diri yang diusul oleh nama-nama lainnya, bukan sebagai bunyi sebuah doa. Tetapi apa pun bunyi yang paling tepat dari awal inskripsi itu, yang jelas kata al-llah, Allah sudah dipakai dalam makna Tauhid Kristen, dan bukan dalam makna dewa berhala yaitu pagan.
Yasin Hamid al-Safadi, Loc.Cit
Spencer Trimingham, Op. Cit. Hlm. 74
Matthew Black, An Aramaic Approach to the Gospels and Acts (Oxford: At the Calrendon Press, 1967).
Rabbi Nosson Scherman-Rabbi Meir Zlotowitz (ed.), Humasah Humasy Torah 'im Targum Onqelos (Brooklyn: Mesorah Publications, Ltd. 1993), hlm.xxvi. Selanjutnya, mengenai Nama (dan nama-nama) Allah, cf. "Parashas Shemos", hlm.304-305.

"Mengapa 'Kekristenan Identik dengan Barat'

Ijinkan saya memberikan beberapa contoh pernyataan yang tentunya akan memancing reaksi keras:
Semua orang Yahudi kaya.
Semua orang berkulit hitam adalah atlit yang bagus.
Semua orang Perancis tidak senonoh.
Semua orang Meksiko pemalas.
Semua orang Arab teroris.
Pernyataan yang mudah, pendek dan nyaman yang digunakan orang untuk mengartikan berbagai kebudayaan... Hanya saja pernyataan itu keliru. Saya yakin ada orang Yahudi yang kaya, orang Perancis yang tidak senonoh, orang Meksiko pemalas, dan saya tahu ada atlit hebat berkulit hitam dan beberapa teroris Arab yang berkeliaran, tapi individu-individu tersebut tidak bisa menuntun seseorang untuk membuat pernyataan yang mencakup seluruh bangsa atau ras. Biasanya pernyataan tersebut adalah akibat kurangnya pengenalan terhadap budaya lain, dan merupakan cara yang bodoh untuk berurusan dengan apa yang tidak dikenal. Kemungkinan paling baik, pernyataan tersebut hanya akan menimbulkan kesalahpahaman, kemungkinan terburuk, menimbulkan niat jahat dan penghinaan. Biarkan saya memberi contoh pernyataan lainnya:
"Semua orang Amerika adalah Kristen".
Sebagai seorang Amerika, dan seorang Kristen, ijinkan saya meyakinkan Anda, bahwa pernyataan ini sungguh jauh dari kebenaran! Ini mungkin sama sulitnya untuk dipercaya, bahwa Amerika sebenarnya tidak memahami apa artinya “Kekristenan”.
Di sini, di Amerika, kami semua diajarkan bahwa negara kami didirikan oleh orang-orang yang beremigrasi kemari untuk melarikan diri dari penganiyaan agama di Eropa [atau di timur tengah, Afrika, Asia, d.l.l.](mentalitas "kristen" yang sama yang telah menentang kaum Muslim selama perang salib, mengalihkan sasarannya pada orang-orang lain yang tidak diterimanya!), dan bahwa kebebasan dan undang-undang kami didasarkan pada kebenaran yang menurut mereka terdapat dalam AlKitab. Salah satu kebebasan tersebut adalah kebebasan untuk beribadah kepada Tuhan (maupun tidak!) menurut keyakinan apapun yang diikuti. Kebebasan lainnya adalah kebebasan dari hukuman yang tidak adil oleh pemerintah. Karena itulah pemerintah Amerika Serikat disusun untuk memiliki kekuasaan yang secara tegas dibatasi sehingga warga negara bisa menjalani kehidupan mereka bebas dari otokrasi, namun aman dari intervensi oleh pengadilan yang menyalahi undang-undang, jika perlu, oleh pemerintah tersebut.
Kebebasan ini telah mengijinkan terjadinya percampuran yang menarik, yang signifikan secara historis: orang-orang dari berbagai latarbelakang belajar untuk hidup berdampingan. Atas dasar undang-undang engkau tidak boleh menganiaya seseorang karena dia memiliki keyakinan yang berbeda denganmu. Meski tidak diterapkan secara benar sepenuhnya, namun faktanya adalah konsep tersebut berasal dari ajaran bahwa Tuhan memandang tanpa perbedaan seperti nas AlKitab yang berkata:
"tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan" (Galatia 3:28).
Tapi masa berdirinya Amerika Serikat sudah lama berlalu, dan dasar-dasar kebebasan kami secara bertahap telah dilupakan dan diabaikan. Orang-orang hanya memiliki gagasan yang kabur bahwa negara Amerika 'didirikan di atas prinsip-prinsip Kristen'—bahkan tanpa mengetahui apa artinya— dan telah salah mengerti bahwa kata "Kristen" adalah kata sifat budaya. Jika orangtuanya seseorang Kristen, pastilah dia Kristen juga, benar? Salah!
Mungkin jika para pendiri bangsa kami telah menjadikan Kekristenan sebagai agama resmi negara, kini kami tak akan memiliki kebingungan, maupun definisi yang kabur terhadap kata “Kristen”— hanya saja mereka tidak bisa. Salah satu prinsip Kekristenan adalah tak seorangpun yang boleh dipaksa untuk percaya. Tuhan ingin engkau berpaling pada kasih dan anugerahNya atas kehendakmu sendiri. Jadi para pendiri bangsa Amerika Serikat hanya melakukan apa yang mereka bisa lakukan—mereka meninggalkan persoalan tentang iman untuk dijawab oleh generasi berikutnya.
Kebebasan itu akhirnya berarti bahwa tiap orang bertanggungjawab atas kepercayaan dan perbuatannya. Sayangnya, orang-orang secara cepat menemukan bahwa lebih mudah untuk tidak mempercayai apapun daripada mempercayai ajaran Kristus. Bahkan lebih buruk, mereka menerima ajaran yang bagi mereka menarik dan menolak ajaran yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Inilah yang telah mengaburkan arti kata "Kristen". Seorang "Kristen" akhirnya berarti orang yang lahir dari keluarga "Kristen", atau seseorang yang mencoba "melakukan hal yang benar" (apapun itu). Jika engkau mencoba memperlakukan seseorang dengan baik, tidak mengutuk, atau tidak mabuk-mabukan , maka engkau bertindak dengan cara-cara Kristen. Yesus tak pernah memasuki gambaran tentang “Kristen”; Dia menjadi asing bagi pengertian umum sehari-hari tentang Kristen.
Seperti yang dapat Anda bayangkan, ini menempatkan kami yang mempercayai firman Yesus ke dalam posisi yang sulit. Kami harus mendefinisikan kembali istilah-istilah yang telah umum sebelum kami bicara— bahkan kepada tetangga kami— tentang iman kami. Kebetulah kata "gereja" juga mengalami pengurangan makna; “gereja” tidak lagi berarti "tubuh Kristus", tapi sebuah bangunan di mana orang-orang beragama berkumpul, atau perkumpulan apapun yang nampaknya terdiri dari orang-orang yang berpikiran spiritual. Jika kebingungan semacam itu terdapat dalam wilayah kami, tidak mengejutkan kalau mereka yang memiliki budaya yang berbeda tidak mengerti!
Kesalahpahaman semacam itu terhadap Kekristenan telah mengakibatkan sejumlah besar insiden— yang mengerikan— yang terjadi saat saya berada di Turki. Saya sedang melakukan perjalanan bersama seorang kawan, dan kami disarankan untuk membawa serta foto keluarga kami untuk ditunjukkan pada orang-orang yang kami jumpai. Kawan saya itu memiliki empat orang anak, dan dia senang membawa serta foto mereka dan dengan bangga bercerita tentang anak-anaknya yang ia tinggalkan di rumah. Kami benar-benar terkejut ketika penerjemah kami mengatakan bahwa orang-orang Turki yang bersama kami itu ingin mengetahui berapa jumlah ayah anak-anak tersebut! Ternyata opera sabun Amerika telah menjadi semacam duta besar yang paling luas tersebar di seluruh dunia, dan orang-orang percaya bahwa opera sabun adalah gambaran sebenarnya tentang kehidupan di Amerika Serikat! Kawan saya buru-buru meyakinkan teman-teman baru kami bahwa hanya ada seorang ayah bagi semua anaknya, tapi pertukaran gagasan tersebut meninggalkan kesan mendalam dalam benak kami. Jika opera sabun = Amerika, dan Kristen = Amerika, maka opera sabun = Kristen! Apa yang telah terjadi dengan pesan murni Injil, Kabar Baik yang dibawa Yesus bagi dunia?
Dan siapakah Yesus sebenarnya? Seorang dari Timur dengan kulit putih dengan mata biru? Alkitab saya mengatakan bahwa Dia dilahirkan sebagai orang Yahudi, jadi lupakan saja kulit pucat dan mata biru. Dia seorang Pria dari Timur Tengah dan tak diragukan berpenampilan seperti itu. Dia dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan menjalani seluruh hidupnya di Israel. Bagaimana bisa agama yang berpusat pada seorang Yahudi di Timur Tengah dianggap identik dengan Barat?
Salah satu kabar mulia yang Yesus bawa adalah untuk menyembah "di dalam roh dan kebenaran". Kabar keselamatanNya sepenuhnya tak tergantung pada loaksi, budaya maupun latar belakang asuhan— Tuhan menciptakan rencanaNya sedemikian rupa sehingga mengatasi semua batas, dan semua orang di dunia memiliki kesempatan untuk berpaling padaNya. Seluruh bumi adalah tempatNya bagi kita untuk beribadah; semua bahasa pantas untuk memuji dan memuliakan Anak Domba Allah. Dia tahu kita hidup dalam berbagai latar belakang budaya—masing-masing bisa digunakan untuk mendekati tahta anugerahNya. Hanya Tuhan yang bisa merencanakan jalan yang sederhana, dengan kepastian, melaluiNya semua umat manusia boleh mengenal Dia—Yesus Kristus.
Pada saat ini, nampaknya Barat memiliki persentase umat Kristen yang lebih besar dibandingkan belahan bumi lainnya. Nampak jelas, tidak selalu demikian, dan mungkin tidak akan demikian di masa depan. Masing-masing kita merasa perlu untuk terjebak dalam masa hidup kita— sulit untuk melihat sejarah sebagaimana kita hidup sekarang ini. Bahwa Kekristenan menyebar dari Timur Tengah ke Barat hanyalah sebuah langkah dalam sebuah rute yang telah direncanakan oleh Tuhan. Banyak orang Afrika yang kini berseru pada Nama Yesus; Gereja Kristus merebak luas di Asia (Korea sudah mengirim penginjil ke Amerika Serikat!) Mungkin dalam beberapa ratus tahun ke depan gambaran stereotip tentang Yesus akan menjadi berkulit hitam, atau memiliki mata berbentuk almond. Itu tidak menjadi soal dalam pengabaran Injil— pesannya akan tetap sama:
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-NYa tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Yohanes 3:16
Dan oleh karena Amanat Agung Sayidina Isa al-Masih yakni Yesus Kristus, sudah pun berkumandang dari awal dan berabad-abad lagi, apabila Baginda telah bersabda seperti berikut :
Segala wewenang dan kuasa baik di surga maupun di Bumi sudah diserahkan kepada-Ku. Sebab itu pergilah, jadikanlah SEMUA SUKU BANGSA pengikut-Ku dan baptiskanlah mereka dalam nama Sang Bapa, Sang Putera, dan Ruh Allah yang Mahasuci. Ajarlah mereka memelihara segala sesuatu yang telah Kuperintahkan dan ingatlah, Aku menyertai kamu sampai kesudahan zaman.

Kitab Suci I N J I L

Tanya Yusuf : Haruskah saya membacakannya ?
'Haruskah atau tidak saya membaca Kitab Suci Injil? Ini adalah satu soalan yang bukan hanya ditanya oleh Yusuf tetapi oleh ramai orang Muslim dari berbagai budaya, bahasa, pengakuan dan umur. Jadi, jika anda juga sedang bergumul dengan soalan yang sama ini, cadangan-cadangan berikut boleh membantu anda mencari penyeselesaiannya.
"Saya seringkali mendapati diri saya terperangkap di antara dua pandangan yang bertentangan mengenai Injil.." kata Yusuf sekali lagi :
Yang pertama adalah kesaksian al-Quran tentang KS Injil, yang mengajar umat Islam bahawa Injil itu adalah satu Wahyu daripada Allah - Surah 3/65 dan 5/69 & 71, juga satu pembimbing kepada Manusia, penerang dan satu pengesahan kepada Kitab Taurat - Surah 3/3 dan 5/47.
Kedua, adalah hemat pendapat sekumpulan Ulamak saja - yang menegah pembacaan Kitab Suci Injil dan pada masa yang sama untuk mengkritiknya. Mereka luahkan hemat mereka bahawa kononnya 'KS Injil sudah dicemari, di ubah dan mengandungi cerita tidak bermoral dan kononnya al-Quran telah "memansuhkan utusannya".'
Sebelum mulakan perjalanan untuk membuktikan apakah hujah atas ini benar atau tidak, telitilah lima perkara berikut dengan berhati-hati…
Apakah Itu INJIL ?
Perkataan asal Yunani untuk Injil adalah Euanggelion, yang bermaksud khabar atau berita yang baik.
Euanggelion biasanya dipakai untuk mengumumkan satu kejayaan atau satu peristiwa istimewa dan penting dalam ertikata budaya Yunani.
Begitu juga dengan kelahiran Isa al-Masih sebagai Penyelamat (nama Ibrani baginda Yashu = Penyelamat, yang Membawa Keselamatan), telah diberitakan lebih awal oleh Malaikat sebagai satu Khabar Baik (Eunggelion) dari Allah, dalam Lukas 2 : 10-11.
Yesus yakni Isa al-Masih itu adalah kedua-duanya sekali - Berita Baik Allah kepada Manusia, dan pembawa Khabar yang mengisytiharkan Berita Baik Allah - seperti dipaparkan dalam Markus 1 : 15.
Oleh kerana itu, Euanggelion ialah satu 'istilah teknikal' yang dipakai untuk merujuk kepada koleksi dua puluh tujuh buku yang menghasilkan Injil. Penyataan asli yang dipakai untuk Injil ialah 'Perjanjian Baru.'
Perkataan 'Perjanjian' harus difahami sebagai suatu Perjanjian yang dibuat di antara dan yang mengikati dua belah Pihak.
Lihatlah nas-nas Al-Kitab yang berikut :
Yeremia 31:31,
Lukas 22 : 20,
2 Korintus 3:6,
Ibrani 8:8, 13; 9:15 & 12:24.
Perjanjian Baru adalah pengesahan Taurat Allah yang telah diberi kepada Nabi Musa, yaitu yang merupakan titik tengah Perjanjian lama.

Apakah INJIL kononnya telah "dicemari" ?
'Walaupun al-Quran menyatakan KS Injil itu satu Kitab yang telah diwahyukan, satu Pembimbing kepada Manusia, penerang serta pengesahan kepada Taurat, saya (si Yusuf) mendapatinya sukar untuk menjelaskan mengapa ada banyak perbezaan antara ajaran dalam Kitab Suci Injil berbanding dengan ajaran di dalam al-Quran. Untuk menerangkan perbezaan-perbezaan ini, para ulamak dan guru-guru di madrasah kami mengajar bahawa Injil yang asli telah "dicemari oleh perubahan" buatan umat Kristian. Namun demikian, saya tidak dapat menyetujui dengan ajaran yang dipelopori mereka ini dengan penyataan al-Quran dari Surah Yunus 10 ayat 64 :
"TIDAK BERTUKAR-TUKAR Kalimat Allah…"
Dan juga dari Surah al-An-aam 6 ayat 34 :
"TIDAK ada ORANG YANG BOLEH MENGUBAH Firman Allah itu."
Yusuf meneruskan kata-katanya lagi : "Kalaulah Injil telah 'dicemari', mengapa tidak ada dari antara mereka yang menuduh Injil telah dicemari berjaya memberi satu bukti pun berkaitan dengan soalan : Bila, Bagaimana, Oleh siapa, Dimana dan Sebab Apa KS Injil itu telah diubahkan!?"
Apakah 'perubahan-perubahan' itu dilakukan sebelum atau selepas al-Quran diturunkan? Jika sebelum, mengapakah Allah telah perintahkan Nabi Muhammad untuk merujuk kepada ahli-ahli Kitab seperti berikut :
"Jika engkau syak wasangka tentang apa yang kami turunkan kepada Engkau ya Muhammad, hendaklah engkau tanyakan kepada orang-orang yang membaca Kitab sebelum engkau. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah engkau termasuk orang-orang yang syak wasangka."Surah 10 Yunus 94
Bagaimanakah Muhammad harus meminta nasihat tentang Al-Quran dari orang yang kononnya 'telah mengubah dan mencemarkan Kitab suci mereka'
Jika 'pencemaran' itu kononnya berlaku selepas kedatangan Al-Quran, bagaimana pula dapat pengkritik menerangkan kewujudan beribu-ribu nashkah manuskrip yang jauh lebih awal daripada al-Quran yang menyetujui dan mengamini dengan kandungan Kitab Suci Injil yang telah ada sehingga hari ini ?

Tanya Yusuf : Apakah INJIL diwahyukan ?
Kali ini, Yusuf menanya sahabat Kristiannya yang bernama Andy, "Orang Muslim percaya Injil itu telah diberi, diwahyukan, dan diajar kepada Isa (QS 5/49, 113, 57:27)."
"Apa pula dengan kepercayaan umat Kristian ?"
Hazrat Isa al-Masih tidak mengimlakkan risalat baginda kepada para Hawariyyun, yakni para pengikut-pengikut baginda. Seperti seorang majikan yang berikan imlakan atau dictationnya kepada seorang keraninya untuk dijadikan buku.
Murid-murid Al-Masih Isa telah mengikuti baginda ke mana-mana dia telah pergi dan melayani daripada hari pertama mereka telah dipanggil oleh Isa mengikutinya. Tetapi mereka tidak pernah bersubahat bersama-sama untuk membentuk, menyusun atau menghasilkan sebuah Kitab Injil.
Sebelum kewafatan, kebangkitan dan keberangkatan kembali Hazrat Isa, Dia telah berikat janji dengan murid-muridnya bahawa Dia akan mengutus Roh Kudus yang akan mendiami di dalam jiwa mereka, memenuhi mereka dan seterusnya membimbing mereka dalam pembangunan iman mereka - Yohanes 14:16-17.
Roh Kudus juga akan mengajar para murid Isa Al-Masih segala-galanya serta mengingatkan mereka tentang semua yang baginda telah lakukan dan katakan kepada mereka, seperti Isa sendiri telah menyatakan dalam Yohanes 14 ayat 6.
Janji Isa Al-Masih sudah termakbul kepada para Hawariyun pada Hari Pentakosta, yaitu hari di mana Roh Kudus sendiri telah datang kepada murid-murid baginda dan mendiami dalam mereka. Seperti tercatat dalam Kisah Para Rasul-rasul 2 : 1-4 (juga dalam ayat-ayat 15-21).
"Apabila hari Pentakosta telah tiba, semua orang yang percaya kepada AlMasih berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba terdengar bunyi dari langit seperti tiupan angin yang kuat. Bunyi itu memenuhi rumah di mana mereka sedang duduk.
"Lalu mereka nampak sesuatu yang menyerupai lidah api yang menjalar dan menghinggapi setiap orang di situ.
"Mereka dikuasai oleh Roh Allah dan mereka mulai berkata-kata dalam bahasa yang lain, menurut anugerah yang diberi oleh Roh Allah kepada mereka."
Oleh kerana itulah, Risalat Injil Al-Masih Isa diwahyukan dan diilhamkan oleh Roh Allah (yakni Roh ul-Kudus) kepada para hawariyun dan murid-murid baginda, Roh Allah itu bukan saja telah mengajar dan mengingatkan ajaran-ajaran Isa kepada para pengikut baginda, malah Dia telah memperkenankan dan menetapkan kehendak dan kerelaan Allah sendiri kepada mereka, supaya risalah dan ajaran-ajaran Isa Al-Masih itu sah dan kekal sehingga HARI INI!

Tanya Yusuf Lagi : "Sekirannya apa yang diucapkan umat Isa itu benar…"
"Saya hanyalah seorang biasa," kata si Yusuf. "Saya bukanlah seorang yang pakar agama yang dapat menyelami isu rumit ini. Yang saya benar-benar inginkan ialah KEBENARAN.
"Apakah 'bahayanya' jika saya membaca Kitab Suci Injil ?
"Bagaimanakah dapat saya tentukan sama ada Kitab Suci Injil, itu Firman Allah, jika saya tidak membacakannya diri sendiri?
"Jika apa yang dikatakan oleh umat Kristian salah, saya tidak rugi sebagai seorang Muslim.
"Sebaliknya, jika apa yang diucapkan umat Kristian itu adalah benar, apakah manfaatnya bagi saya terus sebagai seorang Islam ?"
"Isu Kebenaran ini bukanlah sekadar perbezaan pendapat sahaja, sebaliknya ia adalah persoalan kehidupan kekal abadi dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat!
"Saya seharusnya tidak boleh membiarkan isu ini ditentukan oleh orang lain!"
Yang PASTI ialah Allah maha Kuasa, yang mahu segala yang baik bagi umat Manusia, TIDAK akan menyatakan kebenaran tentang diri-Nya dalam dua pengajaran yang bertentangan untuk mengelirukan dan membingungkan umat-Nya.
Mengapakah saya tidak boleh membaca Kitab Suci Injil untuk membandingkan pengajarannya dengan pengajaran di dalam al-Quran ? Khususnya mengenai tajuk-tajuk seperti Isa Al-Masih, Pengampunan Dosa, Kehidupan Kekal Abadi, Hidup di Dunia dan di Akhirat dan sebagainya?
Tanya Yusuf : "Allah tidak ada Anak."
Jawab Andy :
Saya memang setuju dengan pendapat anda bahawa Allah tidak memperolehi Anak melalui perhubungan jasmaniah dengan Siti Maryam, seperti dicatit dalam Injil Lukas 1 : 34-35.
Istilah 'Anak' ini haruslah difahami di dalam konteks nas tersebut dan merujuk kepada perhubungan teristimewa dan unik antara Allah dan Al-Masih Isa dan boleh diandaikan seperti pertalian di antara seorang anak dan ayahnya.
Isa Al-Masih itu begitu akrab dengan Allah seperti mana anak dengan bapanya. Dalam bahasa Melayu pun ada bahasa kiasan yang menggambarkan maksud yang teristimewa yakni 'Anak Kunci' yang tidak bererti bahawa kunci itu telah beristeri lalu menghasilkan anaknya! Ungkapan-ungkapan lain yang wujud dalam bahasa Melayu adalah seperti 'Anak Sungai', 'Anak Buah' dan juga 'Anak Jalanan'. Mustahillah untuk kita fahami kata-kata tersebut secara jasmaniah atau pun fizikal, kan!
Walaupun begitu, contoh-contoh ini hanyalah tanda dan simbol untuk melambangkan kebenaran yang membantu kita memahami siapakah sebenarnya Allah itu.
Nas AlKitab dalam Ayub 11:7 dan Yesaya 40:8 mengingati kita bahawa Manusia itu tidak dapat memahami sepenuh-penuhnya siapa Allah itu, kerana Allah itu adalah Roh, serta Dia jauh lebih besar daripada kita!

Tanya Yusuf : "Bagaimanakah Boleh Saya Mula Membaca Kitab Suci Injil…"
"Bagaimanakah caranya boleh saya membaca sebuah Kitab Suci Injil ?" Tanya Yusuf, "Saya tidak pernah membacakannya sebelum ini."
Jawab Andy :
"Saudara Yusuf, Berikut adalah beberapa langkah-langkah yang dapat membantu anda membaca dan memahami Kitab Suci Injil :"
Perolehilah sebuah terjemahan Kitab Suci Injil dalam bahasa yang anda dapat memahami.
Aturkan masa dan tempat untuk membaca KS Injil tanpa gangguan.
Mintalah bimbingan Rohul Kudus, yang telah menyatakan hakikat dan kebenaran kepada para murid-murid Isa al-Masih, untuk menyatakan maksud utusan serta risalah Injil kepada anda.Mintakan-Nya supaya membuka mata, minda dan hati anda itu.
KS Injil dibahagikan kepada dua puluh tujuh buku. Setiap Buku itu dibahagikan kepada bab-babnya dan setiap bab pula dibahagikan kepada ayat-ayatnya, contohnya Yohanes 6:35 merujuk kepada Yohanes Bab 6 dan ayat 35.
Bacalah sekurang-kurangnya satu Bab supaya anda memiliki fahaman yang lebih dalam, demi konteks ayat-ayat itu.
Apabila anda membaca sesuatu yang menarik perhatian anda, benarkan diri anda masa untuk merenungi perkara itu.